JAKARTA – Minggu, 30 November 2025, menjadi hari yang kelabu bagi Ibu Pertiwi. Langit di ujung barat Indonesia seolah tak berhenti menangis, menumpahkan air mata yang berubah menjadi air bah dan longsoran tanah yang mematikan. Kabar duka itu datang bergelombang, membawa angka-angka statistik yang mengerikan—di mana setiap angka mewakili satu nyawa, satu harapan, dan satu keluarga yang hancur.

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) baru saja merilis data terkini yang mengguncang kesadaran kemanusiaan kita. Total korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat kini telah menembus angka ratusan, dengan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang di balik timbunan lumpur dan reruntuhan.
Ini bukan sekadar berita cuaca. Ini adalah panggilan darurat kemanusiaan.
Peta Kehancuran – Angka yang Membuat Kita Terhenyak
Dalam konferensi pers yang digelar Minggu (30/11/2025), Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto memaparkan data yang menyayat hati. "Update Korban Tewas Bencana di Sumatera: Sumut 217, Aceh 96, Sumbar 129," demikian judul besar yang kini menghiasi layar kaca di seluruh negeri. Namun, mari kita bedah apa arti angka-angka ini di lapangan.
1. Sumatera Utara: Episentrum Kedukaan (217 Tewas, 209 Hilang)
Provinsi Sumatera Utara mencatatkan angka kematian tertinggi dalam tragedi ini. Letjen Suharyanto mengungkapkan bahwa 217 jiwa telah dipastikan meninggal dunia.
"Korban jiwa untuk Sumut 217 jiwa yang meninggal dunia, kemudian 209 yang masih hilang," ujar Suharyanto dengan nada berat.
Angka 209 orang hilang adalah angka yang menakutkan. Ini berarti ada lebih dari dua ratus keluarga yang saat ini berdiri di tepi sungai, di kaki bukit longsor, atau di posko pengungsian, menanti kabar apakah orang terkasih mereka akan ditemukan dalam kondisi selamat atau sudah tak bernyawa.
Fokus evakuasi hari ini, menurut BNPB, berada di wilayah Tapanuli Selatan. Di sana, alat berat beradu dengan waktu dan cuaca yang tak menentu. Medan yang berat dan tanah yang labil membuat setiap detik pencarian menjadi pertaruhan nyawa bagi tim SAR gabungan. Namun, mereka tak berhenti. Mereka tahu, setiap detik sangat berharga.
2. Sumatera Barat: Ranah Minang Berduka (129 Tewas, 118 Hilang)
Di sisi lain bukit barisan, Sumatera Barat juga mengalami hantamannya sendiri. Meski Suharyanto menyebut kondisi di Sumbar "sudah lebih pulih" dibandingkan dua provinsi lainnya, angka korban tetaplah tragis.
"Korban jiwa 129, hilang 118, 16 luka-luka," paparnya.
Bayangkan, 129 nyawa melayang dalam waktu singkat. Ditambah 118 orang yang masih belum diketahui nasibnya. Di balik angka "16 luka-luka", terdapat cerita trauma fisik dan psikis yang mendalam. Warga yang kehilangan rumah, harta benda yang dikumpulkan seumur hidup lenyap dalam sekejap mata disapu galodo (banjir bandang).
3. Aceh: Serambi Mekkah Terluka (96 Tewas, 75 Hilang)
Di ujung paling utara, Aceh kembali diuji. Total 96 orang meninggal dunia dan 75 lainnya masih hilang. Dampaknya sangat meluas.
"Untuk Aceh yang terdampak yang ada korban jiwa, ada 11 Kabupaten/Kota. Tapi kalau Kabupaten/Kota terdampak (secara umum) ada 18," jelas Suharyanto.
Ini menunjukkan skala bencana yang masif. Hampir seluruh wilayah Aceh merasakan dampaknya, melumpuhkan sendi-sendi kehidupan di 18 Kabupaten/Kota. Infrastruktur putus, sawah terendam, dan sekolah-sekolah hancur.
Total Angka Kemanusiaan:
Jika kita menjumlahkan data dari ketiga provinsi ini:
Total Meninggal: 442 Orang
Total Hilang: 402 Orang
Lebih dari 800 orang saudara kita sebangsa dan setanah air kini telah tiada atau belum ditemukan. Ini adalah tragedi nasional.
"Mereka bukan sekadar statistik. Mereka adalah ayah, ibu, anak, dan sahabat. Mereka membutuhkan kita. Sekarang."
[JANGAN BIARKAN MEREKA SENDIRI: KLIK TOMBOL DONASI & SEBARKAN KABAR INI]
Arahan Presiden – Kerahkan Seluruh Kekuatan Nasional!
Di tengah situasi genting ini, negara hadir. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tidak tinggal diam. Dari Istana, instruksi tegas telah turun: "Total Football" dalam penanganan bencana. Tidak ada istilah menunda, tidak ada birokrasi yang boleh menghambat nyawa.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menyampaikan langsung arahan Kepala Negara saat memimpin Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Bencana di Bandar Udara Silangit, Tapanuli Utara, Minggu (30/11).
"Presiden memerintahkan untuk menambah seluruh kekuatan nasional, fokus untuk penanganan tanggap darurat secepat-cepatnya," tegas Pratikno.
Apa arti "Seluruh Kekuatan Nasional"?
Ini berarti sinergi tanpa batas antara:
TNI & Polri: Mengerahkan personel fisik, helikopter untuk evakuasi udara, truk angkut, hingga dapur umum.
Kementerian/Lembaga: BNPB, Kementerian Sosial, Kementerian PU, Kementerian Kesehatan, semua turun tangan.
Pemerintah Daerah: Menjadi garda terdepan koordinasi wilayah.
Pratikno merinci instruksi tersebut menjadi langkah-langkah taktis:
Mengerahkan Evakuasi: Prioritas utama adalah menyelamatkan yang masih hidup dan menemukan yang hilang.
Mengerahkan Logistik: Memastikan tidak ada pengungsi yang kelaparan.
Perlindungan Pengungsi: Menyediakan tempat yang layak, selimut, dan rasa aman.
Tenaga Kesehatan: Mengobati yang luka dan mencegah wabah penyakit pascabencana.
Memulihkan Infrastruktur: Membuka jalan yang tertutup longsor agar bantuan bisa masuk.
Komunikasi: Memperbaiki sinyal agar koordinasi tidak terputus.
"Jadi ini seluruh kekuatan nasional dikerahkan untuk mempercepat tanggap darurat dan segera memulihkan semuanya," jelas Pratikno.
Realitas di Lapangan – Antara Harapan dan Tantangan
Meskipun perintah pusat sudah sangat jelas, kondisi di lapangan adalah medan perang yang sesungguhnya. Pratikno mengakui, tantangan geografis dan cuaca menjadi musuh utama. Namun, arus bantuan mulai menembus isolasi.
"Tadi sudah dilaporkan, pemberian logistik terus mengalir dari pemerintah maupun lembaga non-pemerintah. Di beberapa titik akan terus bertambah dan akan terus didistribusikan," ujar Pratikno.
Membangun Kembali Harapan: Hunian Sementara (Huntara)
Salah satu poin krusial yang dibahas adalah nasib para pengungsi jangka menengah. Ribuan rumah hancur atau tertimbun. Warga tidak mungkin selamanya tinggal di tenda darurat yang rentan penyakit, apalagi di tengah musim hujan.
Pemerintah kini tengah berpacu dengan waktu untuk menyediakan Hunian Sementara (Huntara).
"Saya sudah diskusi dengan Menko Infrastruktur tentang bagaimana pemulihan secara cepat bisa dilakukan termasuk untuk hunian sementara," kata Pratikno.
Ini adalah langkah vital. Huntara bukan sekadar atap. Ia adalah simbol dimulainya kembali kehidupan. Tempat di mana anak-anak bisa kembali belajar, dan orang tua bisa mulai menata rencana masa depan.
"Kita akan dukung bagaimana resources dikerahkan. Tapi tentu saja bukan hanya pengerahan sumber daya, tapi bagaimana sinergis di lapangan," tambahnya.
Skenario Pemulihan – Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pemerintah menyadari bahwa bencana ini tidak selesai saat air surut. Trauma dan kerusakan fisik membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. Oleh karena itu, strategi Rehabilitasi dan Rekonstruksi sudah disiapkan sejak dini, beriringan dengan masa tanggap darurat.
"Di saat yang sama kami juga menyiapkan skenario untuk pemulihan. Rehabilitasi dan rekonstruksi. Tentu saja kita fokus ke tanggap darurat, tapi tahapan skenario rehabilitasi, rekonstruksi, kita siagakan," tutur Pratikno.
Ini adalah janji negara untuk tidak meninggalkan warga Aceh, Sumut, dan Sumbar sendirian setelah berita mereda. Pembangunan jalan, jembatan, sekolah, dan pasar akan menjadi prioritas jangka panjang.
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Dalam setiap bencana, selalu muncul cahaya kemanusiaan. Menko PMK Pratikno secara khusus memberikan apresiasi kepada mereka yang berjibaku di lumpur: Aparat TNI-Polri, Pemerintah Daerah, dan tentu saja, para relawan.
"Terima kasih kepada personel TNI, Polri, pemda yang bekerja keras untuk hunian sementara bisa dilakukan sambil nanti kita rehabilitasi dan rekonstruksi juga akan segera dilakukan," ucapnya.
Mereka adalah orang-orang yang kurang tidur, meninggalkan keluarga mereka sendiri demi menyelamatkan keluarga orang lain. Mereka yang memikul kardus mie instan melintasi bukit, mereka yang menggendong lansia menyeberangi arus deras.
Namun, mereka tidak bisa bekerja sendirian. Logistik ada batasnya. Tenaga ada habisnya. Di sinilah peran Anda dibutuhkan.
PANGGILAN AKSI: SAATNYA KITA BERGERAK!
Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air.
Data di atas—217 tewas di Sumut, 96 di Aceh, 129 di Sumbar, dan ratusan yang hilang—bukanlah sekadar angka di layar ponsel Anda. Itu adalah jeritan minta tolong.
Bayangkan anak-anak yang malam ini tidur tanpa selimut. Bayangkan ibu yang kehilangan anaknya. Bayangkan ayah yang kehilangan mata pencahariannya.
Pemerintah sudah bergerak, relawan sudah turun, tapi skala bencana ini terlalu besar jika hanya mengandalkan satu pihak. Gotong Royong adalah DNA bangsa kita. Ini saatnya kita buktikan bahwa persaudaraan Indonesia lebih kuat daripada bencana apa pun.
Bantuan Anda, sekecil apa pun, akan menjadi:
Sebungkus nasi bagi mereka yang lapar.
Sebuah selimut bagi mereka yang kedinginan.
Obat-obatan bagi mereka yang terluka.
Bahan bangunan untuk rumah sementara mereka.
Jangan biarkan berita ini berlalu begitu saja. Jangan biarkan empati berhenti di hati. Wujudkan dalam aksi nyata.
Apa yang Bisa Anda Lakukan Sekarang?
BERDONASI: Sisihkan rezeki Anda. Rupiah yang Anda anggap kecil, bisa menyambung nyawa di sana.
SEBARKAN (SHARE): Kekuatan media sosial sangat dahsyat. Bagikan tulisan ini ke Grup WhatsApp keluarga, ke Instagram Story, ke Facebook, ke Twitter (X). Semakin banyak yang membaca, semakin banyak doa dan bantuan yang terkumpul.
DOAKAN: Kirimkan doa terbaik agar proses evakuasi berjalan lancar, cuaca membaik, dan para korban diberi ketabahan.
Kami memanggil hati nurani Anda. Mari kita basuh air mata Sumatera dengan kepedulian nyata.
Jangan tunda kebaikan.
(Link terverifikasi dan aman)
Sebarkan seluas-luasnya! Satu klik share dari Anda, bisa menyelamatkan satu nyawa.
#DoaUntukSumatera #SumutBerduka #AcehKuat #SumbarBangkit #IndonesiaBersatu #BencanaAlam2025 #BNPBUpdate
Ringkasan Data Fakta (Untuk Disebarkan di Medsos)
| Provinsi | Meninggal Dunia | Hilang | Kondisi Terkini |
| Sumatera Utara | 217 | 209 | Fokus evakuasi berat di Tapanuli Selatan. |
| Aceh | 96 | 75 | 11 Kab/Kota ada korban jiwa, 18 terdampak total. |
| Sumatera Barat | 129 | 118 | Mulai pemulihan, namun korban jiwa sangat tinggi. |
| TOTAL | 442 | 402 | DARURAT NASIONAL |
Sumber: Konferensi Pers BNPB & Menko PMK, Minggu 30 November 2025.
Mari bergerak bersama. Karena duka mereka, adalah duka kita semua.
